Wednesday, March 02, 2005

 

MEREDAH EMBUN

Pada kebiasaannya, sebelum matahari memancarkan sinar, embun menghiasi dedaun bagai manik-manik putih jernih. Mengimbau zaman kanak-kanak, aku awal pagi sudah meredah embun pergi ke sekolah, berjalan dengan berkaki ayam sejauh 2.5 kilometer. embun masih setia menumpang kasih di atas kehijauan dedaun. Terasa nyaman dan bahagia. Sewaktu remaja, malam-malam bertanding di simpang empat, sembang-sembang sesama teman di atas cokrok, dan kembali ke rumah apabila embun jantan mula gugur ke bumi. Teringkat Alamat Hari Nak Siang dalam H ikayat Malim Deman:

Tengah malam sudah lampau
Dini hari belum lagi
Budak-budak dua kali jaga
Orang muda pulang bertandang
Orang tua beralih tidur
.....................................
.....................................

Kini berada di tengah-tengah kota, embun sudah segan untuk taurun. Tidak ada lagi kenikmatan merempuh embun, sebaliknya keazaban merembuh asap beracun dari pelbagai kenderaan yang lalu lalang. Ah, betapa hibanya mengenang nikmat yang sudah hilang, bahagia yang sudah lupus. Teringat pesan Nabi Muhamad, menyuruh kita supaya ingat lima perkara sebelum terjadi lima perkara - sihat sebelum sakit, kuat sebelum lemah, lapang sebelum sibuk, kaya sebelum miskin, dan hidup sebelum mati. Sesungguhnya tidak ada yang kekal di dunia ini.
Comments: Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]